NASIONAL – 5 kartun populer tapi ternyata berbahaya untuk anak! orang tua wajib waspada dan tahu cara mengontrol tontonan.
Dunia anak memang identik dengan kartun. Warna-warni cerah, karakter lucu, serta jalan cerita yang ringan membuat kartun jadi pilihan hiburan favorit si kecil. Namun, tidak semua kartun yang populer benar-benar aman.
Ada beberapa tayangan animasi yang sekilas tampak menghibur, tetapi justru menyimpan konten berbahaya bagi perkembangan anak, baik secara psikologis maupun perilaku.
Orang tua sering kali mengira bahwa selama anak menonton “kartun”, otomatis aman. Padahal, ada kartun yang menyelipkan kekerasan, humor dewasa, hingga karakter menyeramkan yang bisa memengaruhi pola pikir dan emosi anak.
Bahkan beberapa daftar ini mungkin juga tontonan moms atau dad sewaktu kecil. Yuk, kita bahas beberapa kartun populer yang harus diwaspadai, serta bagaimana cara orang tua mengontrol tontonan anak agar tetap aman, dilansir dri bebarapa sumber:
1. Tom & Jerry
Kartun klasik ini mungkin sudah melekat di masa kecil banyak orang tua. Kisah kucing Tom yang terus mengejar tikus Jerry memang penuh aksi kocak.
Namun, di balik kelucuan itu, ada pola kekerasan yang berulang: dipukul dengan palu, meledakkan bom, dilempar benda keras, hingga jatuh dari ketinggian.
Anak kecil cenderung meniru apa yang mereka lihat. Mereka bisa menganggap adegan itu lucu dan mencoba mempraktikkannya, tanpa memahami konsekuensi berbahaya. Inilah alasan mengapa meski legendaris, Tom & Jerry tetap perlu pendampingan orang tua saat ditonton anak-anak.
2. Crayon Shinchan
Shinchan memang sering bikin tertawa dengan tingkah polos namun nakalnya. Tapi sayangnya, banyak adegan yang mengandung humor dewasa, mulai dari kebiasaan menurunkan celana, komentar genit pada wanita, hingga candaan dengan konteks seksual.
Bagi orang dewasa mungkin terlihat lucu, tetapi untuk anak-anak justru bisa menanamkan perilaku yang tidak pantas.
Apalagi di usia dini, anak masih mudah meniru tanpa filter. Karena itu, Crayon Shinchan termasuk kartun yang tidak direkomendasikan untuk anak usia kecil.
3. SpongeBob SquarePants
SpongeBob dengan kehidupan bawah lautnya memang sangat populer. Namun, beberapa episodenya memuat sarkasme, humor kasar, dan adegan yang terkesan sensual.
Misalnya, pertunjukan menari yang terlalu “nyeleneh” atau interaksi antar karakter yang tidak sesuai untuk anak kecil.
Konten seperti ini bisa membuat anak bingung, karena mereka belum mampu memilah mana yang sekadar lelucon dan mana yang serius. Maka, meski SpongeBob terlihat ramah, tidak semua episode cocok ditonton tanpa pengawasan.
4. Happy Tree Friends
Kalau hanya melihat sekilas, kartun ini terlihat manis dengan karakter hewan kecil berwarna-warni. Tapi kenyataannya, isi ceritanya penuh kekerasan ekstrem: darah, mutilasi, hingga adegan sadis lainnya.
Banyak anak yang tertarik karena tampilannya imut, padahal kontennya jelas sangat tidak layak untuk anak-anak.
Tayangan ini lebih tepat disebut parodi untuk penonton dewasa, bukan tontonan keluarga.
5. Huggy Wuggy
Karakter ini berasal dari game Poppy Playtime yang viral di internet, lalu menyebar dalam bentuk animasi fanmade di YouTube dan TikTok. Wujudnya berupa boneka biru besar dengan gigi tajam dan senyum menyeramkan.
Meskipun banyak anak tertarik menonton karena populer, Huggy Wuggy justru menimbulkan rasa takut berlebihan, kecemasan, bahkan mimpi buruk. Dalam beberapa kasus, anak juga ikut menirukan lagu atau adegannya tanpa paham makna sebenarnya.
Tips Orang Tua: Cara Mengontrol Tontonan Anak
Mengetahui ada kartun populer yang berbahaya tentu membuat orang tua lebih waspada. Tapi bukan berarti anak tidak boleh menonton sama sekali. Kuncinya ada pada kontrol dan pendampingan. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:
1. Periksa rating usia sebelum membiarkan anak menonton. Biasanya sudah ada label seperti “SU” (Semua Umur) atau “13+”.
2. Tonton bersama anak agar orang tua bisa langsung menjelaskan bila ada adegan yang tidak pantas.
3. Batasi waktu layar, misalnya maksimal 1–2 jam per hari, supaya anak tidak terlalu tenggelam dalam dunia virtual.
4. Gunakan parental control di YouTube, Netflix, atau aplikasi streaming lain untuk memfilter konten yang tidak sesuai usia.
5. Arahkan ke tontonan edukatif seperti Dora the Explorer, Upin & Ipin, atau Nussa dan Rara, yang lebih aman sekaligus mendidik.
6. Diskusikan dengan anak tentang apa yang mereka tonton. Ajarkan bahwa tidak semua yang ada di kartun boleh ditiru di dunia nyata.
Meski berlabel kartun, nyatanya tidak semua animasi ramah untuk anak. Tom & Jerry, Crayon Shinchan, SpongeBob, Happy Tree Friends, hingga Huggy Wuggy adalah contoh populer yang bisa menanamkan kekerasan, perilaku tidak pantas, hingga rasa takut pada anak.
Orang tua perlu lebih selektif, mendampingi, serta memanfaatkan fitur kontrol tontonan agar anak tetap mendapat hiburan yang menyenangkan tanpa mengorbankan tumbuh kembang dan mentalnya.
Sheila Silvina