Bengkulu – Produksi petani di Bengkulu Utara menurun akibat harga komoditi karet stagnan. Faktor penyebabnya karena harga jual hasil produksi perkebunan, yakni getah karet tingkat petani di Kabupaten Bengkulu Utara masih jalan di tempat, alias tidak kunjung naik.
Untuk saat ini, harga getah karet masih di kisaran Rp9.000 per kilogram untuk karet basah dan sekitar Rp10.000 untuk karet kering.
Jumadi, salah seorang petani sekaligus pengepul karet di Desa Tebing Kaning, Kecamatan Arma Jaya, mengatakan kondisi stagnan harga ini berdampak pada volume produksi dari petani. Biasanya dalam sepekan Jumadi bisa mengumpulkan karet hingga 50 ton. Namun, dalam beberapa bulan terakhir jumlahnya menurun hingga 30 ton per minggu atau turun sekitar 40 persen.
Untuk penjualan ke pabrik, Jumadi mengaku lebih memilih menjual ke luar Provinsi Bengkulu, seperti ke Palembang atau Jambi, karena harga jual di sana lebih tinggi dibandingkan pabrik dalam provinsi.
Petani berharap harga karet bisa membaik. Jika tidak, dikhawatirkan banyak petani akan beralih menanam sawit, yang saat ini harga jualnya terus mengalami peningkatan baik di tingkat petani maupun pabrik.
“Untuk tingkat petani, karet basah Rp9.500, kalau kering sekitar Rp10 ribu,” ujar Jumadi, petani sekaligus tengkulak karet.
(Novan Alqadri)