Nasional – Kemarin langit Bandung dan Garut mendadak ramai jadi bahan perbincangan. Penyebabnya adalah penampakan awan tebal menjulang tinggi disertai kilatan petir yang bikin sebagian warga terkesima sekaligus cemas.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan bahwa fenomena tersebut merupakan awan cumulonimbus (CB) atau yang kerap disebut awan badai.
Fenomena ini memang kerap muncul pada periode pancaroba saat peralihan musim dari kemarau ke hujan atau sebaliknya. Walau terlihat unik dan dramatis, awan jenis ini tidak boleh dianggap remeh karena erat kaitannya dengan cuaca ekstrem.
Mengapa Cumulonimbus Muncul di Musim Pancaroba?
Menurut Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung, Teguh Rahayu, awan cumulonimbus terbentuk dari proses konveksi.
Proses ini terjadi ketika udara panas di permukaan bumi naik ke atmosfer, kemudian mengalami pendinginan dan pembentukan uap air.
Fenomena kilatan petir di dalam awan atau yang dikenal sebagai intra-cloud lightning (IC) biasanya muncul pada tahap pembentukan CB.
Kondisi atmosfer yang tidak stabil saat musim pancaroba membuat proses ini lebih sering terjadi.
Itulah mengapa pola cuaca di musim peralihan sering terasa seperti “tebak-tebakan”:
– Siang hari panas terik dan langit cerah.
– Sore hingga malam mendadak turun hujan deras disertai petir, angin kencang, bahkan badai lokal.