<strong>Bengkulu utara</strong> – Dinas Kesehatan (Dinkes) Bengkulu Utara mencatat adanya kenaikan signifikan kasus demam berdarah dalam sebulan terakhir. Dari 52 kasus yang tercatat Januari hingga akhir Juni 2025, kini bertambah menjadi 137 kasus, atau naik sebanyak 85 kasus. Meski demikian, belum ada laporan kasus meninggal dunia akibat DBD. [caption id="attachment_1323" align="alignnone" width="300"]<img class="size-medium wp-image-1323" src="https://camkohatv.id/wp-content/uploads/2025/08/WhatsApp-Image-2025-08-25-at-11.43.10-300x169.jpeg" alt="" width="300" height="169" /> Dinkes Bengkulu Utara[/caption] Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Bengkulu Utara, Pratiwi, menjelaskan peningkatan ini dipicu curah hujan yang tinggi sehingga banyak terjadi genangan air di pekarangan rumah warga, serta kelembaban udara yang mendukung perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.<!--nextpage--> Selain itu, rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara mandiri juga ikut menjadi faktor. Kasus terbanyak tercatat di wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi, seperti Kecamatan Arga Makmur, Kerkap, Marga Sakti Seblat, dan Ketahun. Kondisi ini membuat penularan berpotensi lebih cepat. Dinkes Bengkulu Utara terus melakukan pencegahan dengan sosialisasi, penanganan langsung di lokasi kasus, serta fogging. Upaya ini dilakukan untuk menekan angka kasus agar tidak seperti tahun 2024, yang mencapai 496 kasus dengan satu korban meninggal dunia. <blockquote>“Dalam upaya pencegahan DBD, kita tetap melakukan PSN sesuai dengan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 400.5.7/4800 Bangda tentang PSN dan 3M Plus. Jadi seluruh masyarakat Indonesia diimbau melaksanakan PSN,” Ujar Pratiwi, Kabid P2P Dinkes Bengkulu Utara.</blockquote> <!--nextpage--> <strong>Novan Alqadri</strong>