<strong>Nasional</strong> - Secara geografis, Indonesia adalah negara yang terletak di kawasan Cicin Api Pasifik yang membuat Indonesia punya banyak daerah penghasil tambang dan kaya sumber daya alam. Dalam perekonomian Indonesia, sektor pertambangan menjadi salah satu penyumbang pendapatan negara terbesar yang terdiri dari komoditas batu bara, minyak dan gas alam, timah, tembaga, nikel, emas, dan hasil tambang lainnya. Semua hasil tambang tersebut dihasilkan dari daerah-daerah penghasil tambang di Indonesia yang jumlahnya sangatlah banyak. Bahkan, salah satu di antaranya adalah daerah penghasil tambang emas dan nikel terbesar di dunia. <strong>Lokasi 1,2 Juta Ton Harta Karun Nikel yang Belum Dikeruk</strong> Nikel tengah menjadi komoditas yang populer saat ini. Hal itu sejalan dengan berkembangnya kendaraan listrik di mana nikel merupakan bahan baku untuk pembuatan baterai kendaraan tersebut. Indonesia merupakan negara yang kaya nikel. Bahkan, Indonesia disebut-sebut memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Dengan demikian, Indonesia memiliki peranan penting dalam pengembangan kendaraan listrik tersebut.<!--nextpage--> Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan, Indonesia masih memiliki 1,2 juta ha cadangan nikel yang belum dieksplorasi lebih lanjut. Dari total 2 juta Ha lahan yang berpotensi mengandung nikel, saat ini baru sekitar 800 ribu ha saja yang telah dikeruk. Untuk diketahui, nikel saat ini jadi incaran dunia sebagai salah satu bahan baku pembentuk baterai kendaraan listrik. Indonesia ditengarai bahkan masih menyimpan potensi cadangan nikel dengan jumlah jauh lebih besar dari yang sudah ditemukan. Indonesia saat ini menyimpan hingga sekitar 5,3 miliar ton cadangan nikel. Bahkan, potensinya lebih besar hingga tiga kali lipat lebih. Nikel sendiri terbagi menjadi dua jenis. Pertama, nikel berkadar tinggi lebih dari 1,5 persen yang disebut saprolit. Lalu, nikel berkadar rendah kurang dari 1,5 persen atau limonit. Dengan cadangan nikel sebesar 5,3 miliar ton yang dimiliki saat ini cukup untuk kapasitas produksi hingga 15 tahun. Namun, usia pemakaiannya bisa bertambah jika potensi yang ada dikembangkan dan turut membuat industri daur ulang baterai kendaraan listrik.<!--nextpage--> <strong>Sheila Silvina</strong>