Sedangkan militansi mencerminkan keberanian bertindak, konsistensi dalam perjuangan, serta loyalitas terhadap rakyat kecil.
“Tanpa intelektualitas, militansi hanyalah emosi tanpa arah. Tapi tanpa militansi, intelektualitas hanya menjadi teori tanpa tindakan,” ucapnya.

Sudarno juga menyoroti pentingnya kaderisasi dalam menjaga keberlanjutan organisasi. Ia mengingatkan agar setiap pemimpin menyiapkan penerus dengan semangat yang sama, bukan hanya menikmati jabatan sementara.
“Banyak organisasi yang pecah karena gagal melakukan kaderisasi. Suksesi harus berjalan mulus dan demokratis, karena perbedaan pendapat adalah hal wajar selama tetap menjaga marwah organisasi,” tambahnya.
Dalam pesannya, Sudarno mengajak seluruh kader GMNI Bengkulu untuk terus berperan aktif menjaga persatuan nasional. Ia mengingatkan agar mahasiswa tidak mudah terpecah atau dimanfaatkan untuk kepentingan politik jangka pendek.
“Gunakan intelektualitas dan militansi kalian untuk mempersatukan seluruh anak bangsa dalam bingkai persatuan. Hanya dengan persatuan kita bisa mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur seperti cita-cita Bung Karno,” tegasnya.
Konfercab ke-XVIII ini juga menjadi ajang suksesi kepemimpinan DPC GMNI Bengkulu.

















