<strong>Bengkulu Utara</strong> - Debit air pada irigasi masih menjadi masalah utama, penyebab berkembangnya hama tikus pada area persawahan di Kecamatan Arma Jaya, Kabupaten Bengkulu Utara. Kerusakan beberapa titik irigasi primer, menyebabkan sedikitnya debit air untuk mengairi persawahan di kawasan sentra produksi pangan di Kecamatan Arma Jaya, Kabupaten Bengkulu Utara. Ini berdampak pada proses tanam 250 hektare lahan yang tidak bisa dilakukan serentak. Bahkan akibatnya tanaman di lahan persawahan ini kerap terjadi campursari dengan tanaman lain. [caption id="attachment_4343" align="alignnone" width="1030"]<img class=" wp-image-4343" src="https://camkohatv.id/wp-content/uploads/2025/09/WhatsApp-Image-2025-09-18-at-10.07.41-300x175.jpeg" alt="" width="1030" height="601" /> persawahan di Bengkulu Utara[/caption] Kondisi tersebut menyebabkan berkembangnya hama tikus, lantaran tikus akan selalu memiliki pasokan makanan yang berkelanjutan di berbagai usia tanaman yang mendukung reproduksi tikus. Alhasil, hama tikus menjadi penyebab menurunnya produksi gabah petani pada masa panen kedua tahun ini, bahkan ada beberapa lahan yang mengalami gagal panen. Diakui Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan Bengkulu Utara Abdul Hadi, pihaknya terus berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi untuk dapat mengucurkan anggaran perbaikan irigasi primer yang banyak mengalami kebocoran.<!--nextpage--> Terlebih irigasi peninggalan kolonial belanda sudah sangat lama tidak mendapat perbaikan secara total. Pemerintah Provinsi Bengkulu yang memiliki kewenangan atas irigasi, tengah melakukan perbaikan di 1 titik lokasi di area Persawahan Kecamatan Arma Jaya dengan anggaran Rp 300 juta. Dengan keterbatasan anggaran, perbaikan tidak dilakukan secara total, sehingga perlu adanya dukungan anggaran melalui APBN, agar irigasi dapat diperbaiki secara total. Sementara menunggu adanya perbaikan, di tahun 2026 Abdul Hadi mengatakan jika pihaknya akan menganggarkan untuk pembelian racun hama tikus, yang nantinya akan diberikan secara gratis kepada para petani, untuk membantu mengurangi hama serta mempertahankan angka produksi gabah. “Memang kendalanya untuk daerah Kemumu khusunya, ini persawahan kita dialami penanaman tidak serentak. Ini diakibatkan oleh kekurangan debit air makanya hama tikus itu banyak terjadi di wilayah kurangnya air. Nah untuk kelanjutannya ini kita dari pemerintah daerah khususnya nanti ditangani oleh dinas TPHP untuk 2026 kita berupaya untuk menganggarkan untuk pembasmi hama,” ucap Abdul Hadi<!--nextpage--> <strong>Novan Alqadri</strong>