Ia berasal dari keluarga sederhana ibunya, Hernawaty, hanya berjualan nasi padang, sementara ayah dan ibunya sudah berpisah sejak ia masih kecil.
Hidup di lingkungan pelabuhan membuat Sahroni harus terbiasa dengan kerasnya kehidupan sejak usia belia.
Untuk membantu keluarganya, Sahroni bekerja serabutan. Ia pernah menjadi tukang semir sepatu keliling, ojek payung ketika hujan, hingga menjajakan es campur.
Uang hasil kerja itu ia gunakan untuk menutupi kebutuhan sekolah sekaligus membantu ibunya.
Meski hidup serba pas-pasan, tekadnya untuk sukses sudah terlihat sejak sekolah menengah.