<strong>Nasional</strong> – Monas (Monumen Nasional) yang berada di Jakarta, menjadi salah satu simbol Indonesia. Tugu Monas menjulang tinggi dan di bagian atasnya, terbuat dari emas. Jumlah emas yang ada di Monas seberat 72 kilogram. Rinciannya, 50 kilogram digunakan untuk lidah api pada monas itu dan sisanya 22 kilogram digunakan untuk ornamen di Ruang Kemerdekaan. Masih banyak yang bertanya, darimana emas di atas Tugu Monas itu? Selama ini emas di Monas itu sering dikaikan dengan Bengkulu. Apakah orang Bengkulu yang menyumbangkan emas di atas Monas itu?<!--nextpage--> Dari catatan sejarah, emas di atas Tugu Monas itu bukan disumbangkan orang Bengkulu. Orang yang menyumbangkan emas tersebut tercatat atas nama Teuku Markam. Dia berasal dari Aceh. Lalu apa hubungannya dengan Bengkulu? Berdasarkan beberapa sumber, emas di Monas memang disumbangkan oleh Teuku Markam. Namun emas-emas yang disumbangkan itu dibeli Teuku Markam dari tambang Lebong Tandai, Provinsi Bengkulu. Jadi jika dikatakan emas di Monas itu berasal dari Provinsi Bengkulu, benar demikian menurut beberapa catatan. Hanya saja orang yang menyumbangkannya untuk Monas, bukan orang Bengkulu melainkan orang Aceh.<!--nextpage--> Lalu siapa sebenarnya sosok Teuku Markam? Simak keterangannya berikut ini. Diketahui Teuku Markam sudah menjadi yatim piatu sejak kecil. Namun kondisi ini tidak membuatnya menyerah pada keadaan dan berpangku tangan. Saat usia masih muda, dia aktif mengikuti wajib militer dan turun ke berbagai medan perang. Meski sempat terjun ke dunia militer, namun nampaknya hal tersebut bukanlah ambisi untuk meniti karir. Ia kemudian memutuskan untuk keluar dari dunia militer pada tahun 1957 dan mencoba peruntungan di bidang usaha.<!--nextpage--> Walaupun menjadi pengusaha, namun bidang usaha yang dijalankan Teuku Markam tidak jauh-jauh dari dunia militer. Sebab dia kala itu dekat dengan Presiden Soekarno, telah mendapat kepercayaan untuk mengelola senjata rampasan perang. Perusahaan yang dibangunnya mengelola senjata rampasan perang itu diberi nama PT Karkam yang merupakan singkatan dari Kulit Aceh Raya Kapten Markam. Tak hanya itu, dia juga diketahui menjalankan bisnis lain yakni di sektor ekspor-impor dan menjadi perusahaan pertama yang mendapat hak ekslusif di masa konfrontasi pada tahun 1960-1963.<!--nextpage--> "Richard Robinson dalam buku 'Indonesia: The Rise of Capital' menyebutkan bahwa perusahaan itu menjadi satu-satunya perusahaan yang memiliki hak ekslusif pada masa konfrontasi. Berkat kesuksesan bisnis yang ia bangun, Teuku Markam memiliki aset yang bernilai jutaan Dollar Amerika, hingga membuatnya tak segan-segan untuk menyumbangkan 28 kg emas di puncak tugu Monas. Namun sayangnya nasib baik yang menyelimuti, di era orde lama tak berlangsung lama. Kedekatannya dengan presiden pertama Indonesia itu justru membuatnya ikut terseret dalam konflik politik masa itu.<!--nextpage--> Saat terjadi pergantian kekuasaan dari Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto, dia dituduh sebagai koruptor Soekarnoisme. “Saat pergantian kekuasaan ke Presiden Soeharto, harus dipenjarakan karena ia dituduh koruptor Soekarnoisme dan terlibat Partai Komunisme Indonesia," ungkap narasumber. Ia pun dijebloskan ke dalam penjara dan seluruh aset perusahaan jatuh ke tangan pemerintah. Perusahaan miliknya yang bernama PT Karkam itu diambil oleh pemerintah dan menjadi cikal bakal berdirinya PT Berdikari.<!--nextpage--> Setelah ia bebas dari penjara ternyata tidak bisa mendapatkan kembali perusahaan miliknya tersebut. <strong>Lidah Api Kemerdekaan</strong> Tugu Monas merupakan sebuah maha karya pengingat perjuangan pahlawan Indonesia dalam memerangi para penjajah di tanah air. Monas yang berdiri setinggi 132 meter di Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat tersebut kokoh berdiri dengan ornamen lidah api yang terbuat dari emas yang menyilaukan di ujung dari Tugu Monas. Lidah api tersebut benar-benar dilapisi dengan emas seberat 50 kg. Namun, siapa yang menyangka jika emas tersebut merupakan hasil sumbangan dari pengusaha paling kaya di Indonesia pada saat itu asal Provinsi Aceh yakni Teuku Markam.<!--nextpage--> Harta kekayaan dari Teuku Markam berasal dari jaringan bisnisnya yang bergerak dalam berbagai bidang, diantaranya: pengimpor kendaraan pabrikan asal Jepang, besi beton, plat baja dan mengimpor senjata atas izin pemerintah saat itu. Teuku Markam lahir pada 12 Maret 1924 di Aceh Utara dan meninggal Desember 1985. Namanya tersohor sebagai salah satu pengusaha tersukses di Indonesia pada era Presiden pertama RI, Soekarno. Meski demikian, hidup sebagai pengusaha terkaya di Indonesia tidak membuat hidupnya menjadi mudah. Bergantinya tongkat kepemimpinan Presiden Soekarno kepada Presiden Soeharto menjadi keruntuhan kejayaan Teuku Markam.<!--nextpage--> Hingga kematiannya di tahun 1985, sanak saudara dan keturunan teuku Markam hidup dengan segala keterbatasan. Sebagai informasi, emas di ujung Monas telah mengalami perbaikan dan penambahan lapisan emas di tahun 1995 dalam rangka menyambut kemerdekaan Indonesia ke 50. Melansir repositori.kemdikbud.go.id, Teuku Markam inilah yang merupakan orang di balik bertenggernya logam mulia di puncak tugu Monas tersebut. Melansir ikpni.or.id, Teuku Markam juga ikut serta membebaskan lahan Senayan sebagai pusat olahraga terbesar di Indonesia. Teuku Markam sempat dikaitkan sebagai anggota kabinet bayangan Ir Soekarno. Tak mengherankan, namanya tidak bisa dilepaskan dari keberhasilan perekonomian Indonesia di zaman Orde Lama.<!--nextpage--> <strong>Putri Nurhidayati</strong>