Sebagian besar mata pencaharian masyarakat Kaur adalah bertani dan berkebun, terutama menanam padi, lada, serta cengkeh.
Bahasa yang digunakan dikenal sebagai bahasa Kaur, salah satu dialek dalam rumpun Melayu yang masih hidup hingga kini. Walau memiliki kesamaan dengan bahasa Melayu lain di
Bengkulu, bahasa Kaur tetap mempertahankan ciri khas lokal yang kuat.
Dalam adat istiadat, masyarakat Kaur menjunjung tinggi nilai gotong royong dan solidaritas.
Mereka memiliki tradisi unik dalam pernikahan, seperti waktu pernikahan yang diatur setelah panen, serta adat tukar menantu sebagai simbol hbungan kekeluargaan antar kampung.
Keunikan inilah yang membuat budaya Kaur tetap lestari meski diterpa modernisasi.
5. Suku Melayu Bengkulu
Berbeda dengan suku-suku lainnya, Melayu Bengkulu bukan satu kelompok homogen, melainkan hasil perpaduan dari berbagai etnis seperti Melayu asli pesisir, pendatang Minangkabau, Jawa, hingga Bugis.
Identitas ini lahir dari interaksi panjang di kawasan pelabuhan dan perdagangan laut Bengkulu.
Mereka menggunakan bahasa Melayu Bengkulu, dengan logat pesisir yang khas. Adat perkawinan, pantun, syair, dan musik tradisionalnya banyakdipengaruhi oleh budaya Melayu dan kehidupan laut.