“Kami tidak hanya dibayar, tapi juga diajari. Beliau sering bilang, ‘Ilmu itu lebih berharga dari uang,” tambah Endang.
Pendekatan humanis ini menciptakan lingkungan kerja yang positif, di mana para pekerja merasa dihargai dan termotivasi untuk terus belajar.
Mereka yang awalnya hanya buruh serabutan kini memiliki keterampilan yang bisa mereka terapkan di kebun sendiri.
Bagi Sae Amri, tugasnya sebagai polisi dan petani memiliki satu tujuan yang sama: mengabdi kepada masyarakat. Jika sebagai polisi ia menjaga keamanan, maka sebagai petani ia menebarkan ilmu, menciptakan lapangan kerja, dan menyejahterakan sesama.
“Tugas saya sebagai polisi adalah melayani masyarakat. Begitu juga di kebun ini,” ucapnya sambil tersenyum. Kepuasan terbesar saya bukan dari panen melimpah, tapi saat melihat para petani lain berhasil, atau ketika pekerja saya bisa membawa rezeki untuk keluarga mereka,” ungkap Sae.
Kisah Sae Amri adalah bukti bahwa pengabdian dapat dilakukan di mana saja. Di balik seragam formalnya, ia menemukan cara untuk menanam kebaikan, seperti benih kopi yang ia tanam di tanah Rejang Lebong.