Mintje kerap menolong teman-teman yang sedang mengalami kesusahan, terutama kesulitan dalam hal finansial.
Karena Mientje anak orang kaya, secara tidak sadar ayahnya sering dimintai uang. Sang ayah yang terkenal tamak itu memberi permintaan Mientje tanpa menanyakan terlebih dahulu untuk apa uang tersebut.
Dari uang itulah Mientje menolong teman-teman yang sedang menghadapi persoalan finansial. Itu masih berstatus jadi siswa HBS, apalagi setelah ia lulus dan aktif dalam gerakan sosial di Surabaya.
Kekasih bule Soekarno itu menjadi pelopor pembangunan yayasan penolong orang-orang pribumi. Ia pernah mendirikan JPAT (Jajasan Pertolongan Kepada Anak Tjatjat) di Surabaya.
Namun ketika Perang Dunia II melanda Hindia Belanda, kepengurusan JPAT diambil alih oleh aktivis sosial pribumi. Selama situasi ini berlangsung Mientje pulang ke negeri asalnya yaitu Belanda.
JPAT berhasil menolong orang-orang penyandang disabilitas, bahkan pernah digunakan oleh para gerilyawan untuk merawat korban perang.
Selayaknya yayasan kemanusiaan, JPAT merawat seluruh pasien dan penghuni tetapnya dengan sepenuh hati.